JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk membumikan sains, para pelajar didorong untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sembilan inovasi karya 14 pelajar sekolah dasar yang menyisihkan 646 alat lain dipamerkan dalam acara Kalbe Junior Scientist Award 2013, Sabtu (21/9/2013), di Jakarta.
Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) adalah kompetisi produk inovasi berdasarkan sains. Dalam kompetisi itu, para siswa dari kelas IV-VI sekolah dasar diharapkan menciptakan produk orisinal sebagai solusi masalah di sekitarnya.
Niko Demus (13) dan Terah Fettrus (13), pelajar kelas VI SD Negeri 17 Nanga Bungan, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, membuat sistem pemompa air otomatis di perahu tanpa bahan bakar untuk mengatasi masuknya air ke perahu. "Di kampung saya, perahu motor adalah transportasi utama, tetapi perahu sering kemasukan air karena jeram di sana besar," ujar Niko.
Mereka memasukkan selang sepanjang 10 sentimeter dan berdiameter 2 sentimeter ke belakang perahu yang dilubangi. Bagian selang yang di luar perahu ditaruh serong berdekatan dengan mesin. "Saat perahu melaju dengan kecepatan minimal 10 kilometer per jam, air di perahu keluar otomatis lewat selang itu," kata Niko yang didampingi gurunya, Fransiska Yanti (30).
Inovasi itu merupakan penerapan Prinsip Bernoulli, air mengalir dari tempat bertekanan tinggi (dalam perahu) ke tekanan rendah (luar perahu).
Pelajar kelas V SD Muhammadiyah Manyar Gresik, Diva Tsabita Shabrina Aziz (10) dan Nisrina Kamilah Al Hafizh (10), membuat alat pemberi makan ikan otomatis karena sering lupa memberi makan ikan peliharaan makan secara teratur.
Mereka memodifikasi wadah semprotan pengharum ruangan bekas. Wadah itu diubah jadi wadah penampung makanan ikan. Waktu keluar makanan bisa diatur 10-40 menit. Demikian penjelasan Diva didampingi gurunya, M Fadloli Aziz (35).
Adapun Radinka Alkira Mufti (11), pelajar kelas VI SD Kuntum Cemerlang, Bandung, membuat lampu penanda untuk pelari pagi karena khawatir dengan keselamatan ibunya yang sering berolahraga. "Kalau subuh gelap, sering ada kecelakaan pelari tertabrak motor atau mobil," ujarnya.
Radinka memanfaatkan tabung suntik bekas berukuran 500 mililiter. Ia menaruh lilitan kawat tembaga di tengah tabung plastik. Di kiri lilitan dimasukkan lima keping magnet neodymium, sedangkan di sisi kanan disambungkan dengan lampu LED dari mouse komputer.
Tabung menghasilkan cahaya ketika digerakkan. Tabung diletakkan di tubuh pelari, di lengan atau punggung. Saat pelari bergerak, lampu akan menyala sehingga mereka bisa terlihat oleh pengendara sepeda motor dan mobil.
Radinka yang dibimbing guru Adi Marianto (30) menerapkan prinsip induksi magnet. Jika alat bergerak, kepingan magnet menghasilkan ion yang kemudian menjadi energi listrik saat melewati kawat tembaga.
Manajer Komunikasi PT Kalbe Farma Tbk Hari Nugroho mengatakan, KJSA bertujuan memberikan motivasi kepada para pelajar agar kreatif dan peka terhadap lingkungan. Kriteria penilaian didasarkan ide kreatif dan orisinal dari pelajar. (K04)
View the original article here
0 komentar:
Posting Komentar