Pages

Selasa, 24 September 2013

Tak Kurang dari 28,5 Juta Anak Tak Bisa Sekolah

Pengungsi Suriah berkumpul karena tenda mereka kebanjiran akibat hujan, di kamp pengungsi sementara di kota Al-Faour, Lebanon Timur, dekat perbatasan Suriah, 8 Januari 2013. | AP PHOTO / HUSSEIN MALLANEW YORK, KOMPAS.com — Diperkirakan tak kurang dari 28,5 juta anak di negara yang dilanda konflik tak memperoleh akses ke pendidikan, berdasarkan pernyataan dari PBB. Lembaga tersebut mendesak diambilnya langkah yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

"Kita harus melakukan perubahan sebagai respons atas kebijakan masa lalu terhadap krisis kemanusiaan, ketika pendidikan benar-benar kekurangan dana," kata utusan khusus PBB bagi Pendidikan Global, Gordon Brown, dalam pertemuan "Education Cannot Wait" di Markas PBB, New York, Senin (23/9/2013). Kegiatan ini merupakan acara kedua yang digelar dua tahun berturut-turut selama Sidang Majelis Umum PBB.

"Hari ini, dengan hampir satu juta anak pengungsi Suriah, kita memiliki kesempatan untuk melakukan tindakan segera dan memperlihatkan kita bukan hanya dapat memprioritaskan tapi juga mengirim janji mengenai pendidikan buat semua —pendidikan tanpa pembatasan— dan memberi harapan serta peluang bahkan dalam kondisi yang paling mengerikan," papar Brown.

Dikutip dari Xinhua, separuh dari 57 anak usia sekolah dasar tak mengenyam pendidikan. Mereka rata-rata hidup di negara yang dicabik pertempuran dan konflik. Konflik, pertempuran, dan pengungsian di negara seperti Suriah, Republik Afrika Tengah, Mali, Republik Demokratik Kongo, telah memperparah keadaan, menurut pernyataan Save the Children.

Anthony Lake, Direktur Pelaksana Dana Anak PBB, menyatakan pendidikan seharusnya tidak menjadi "korban" konflik. Dia mendesak tindakan cepat untuk membantu anak yang kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan. "Pendidikan tak bisa menunggu pertempuran berakhir, atau bencana dialihkan, atau dana disediakan. Pendidikan tak bisa menunggu sebab anak-anak tak bisa menunggu," kata Lake.

Alice Albright, Kepala Pelaksana Global Partnership for Education, mengatakan, pendidikan dalam kondisi darurat sangat kekurangan dana. Sektor tersebut hanya memperoleh 1,4 persen dana bantuan. Ia mengusulkan peningkatan jumlah dana dan koordinasi di kalangan pemerintah, lembaga donor, dan kemanusiaan.

"Pendidikan yang berkualitas memerlukan penanaman modal dan perencanaan guna memberi anak-anak yang hidup di sebagian wilayah paling berat di dunia harapan dan kesempatan untuk membentuk masa depan mereka," ujar Albright.

Editor : Palupi Annisa Auliani

View the original article here



Peliculas Online

0 komentar:

Posting Komentar